KESOMBONGAN SI UDANG BUNGKUK

Diposting oleh Ageng Axce | 15.27 | | 0 komentar »

Di sebuah pulau kecil ombak berdebur memukul-mukul pantai.di pulau itu bersarang seekor rajawali yang perkasa. Tubuhnya besar dan kokoh. Seandainya menerkam kambing, ia sanggup membawanya terbang tinggi ke angkasa.

"tiada makhluk lain yang segagah aku," gumamnya dengan bongkak dan sombongnya. Pada saat burung perkasa itu bergumam, melayani seekor burung camar yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik burung rajawali itu.

"ah, belum tentu, rajawali!"sahut burung camar itu.
"hah, apa katamu burung kerdil, hah," kata rajawali pula, dengan mata yang memerah, sambil mengawasi burung camar yang sedang senyum-senyum di udara.

"jangan kelas marah, sobat. Di tengah lautan sana, masih ada makhluk seperti kau yang lebih perkasa lagi
jika dibandingkan, tubuhmu belum apa-apa." kata burung camar itu dengan acuh tak acuh. Kemarahan rajawali makin meluap. Tersinggung benar perasaannya. Panas hatinya bukan main.
"mana, tunjukan makhluk yang melebihi keperkasaanku,"teriaknya.

"oh, kau tak percaya, sobat. Terbanglah ke arah selatan. Nanti kita buktikan siapa yang lebih besar dan lebih perkasa."

Dengan tidak menunggu jamu lagi burung rajawali yang masih mendongkol itu melesat terbang ke arah yang ditunjukkan burung camar. Setelah beberapa lama, badannya terasa letih. Ingin sekali ia beristirahat sejenak. Tetapi dimana ia harus berteduh karena saat itu burung rajawali berada di tengah-tengah samudera. Ia berpikir hendak mencari tempat yang nyaman untuk bertengger. Matanya nanar menatapi alam sekitar. Terlihatlah dua buah tiang yang tinggi menjulang di permukaan laut itu. Alangkah gembira hatinya seandainya ia darat melepaskan jelah dan bertengger pada tiang itu. Rajawali pun menukik ke bawah dan hinggap di salah satu puncak tiang itu. Tengah ia melepaskan lelahnya, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara yang lantang.
"hai, siapa kau yang bertengger di puncak sunggutku?"
Si rajawali dengan gugur kembali melesat ke udara.
"oh, sungguh makhluk hebat dan mengerikan. Sungutnya saja seperti menara. Apalagi tubuhnya," kata rajawali dalam hatinya.
"burung pengecut, baru mendengar suaraku saja sudah kbri terbirit-birit," kata si udang dengan bangga. "kalau begitu, akulah makhluk di dunia ini yang paling perkasa," katanya dengan pongahnya.
"oh, belum tentu, sobat. Masih ada makhluk yang lebih besar lagi," kata burung camar yang sejak tadi memperhatikan tingkah lalu si udang yang rombong itu.
"apa katamu? Akulah makhluk yang terbesar di muka bumi ini, tahu?",kata si udang marah-marah.
"jangan marah, udang, kalau tak percaya boleh ku buktikan siapa nanti yang lebih besar dan perkasa lagi,"kata burung camar sambil tersenyum.
"bagaimana kau tahu? Coba tunjukan!", kata si udang dengan jengkel.
"baiklah, mari kita buktikan di samudra sebelah selatan sana," kata burung camar melayang -layang di angkasa.

Si udang raksasa itu berenang tanpa mengenal lelah karena ia jengkel sekali mendengar ada makhluk yang melebihi besarnya. Lama-lama ia jadi letih juga jaraknya yang jauh. Dilihatnya di tengah samudra itu bentuk yang menyembul seperti pulau kecil.
"baiklah aku beristirahat sebentar di pulau itu," kata si udang dalam hatinya. Setelah sampah, ia mengitari tempat yang disangkanya pulau itu.

"ah, disinilah aku akan berhenti sebentar."
Si udang pun masuk ke dalam gua yang di dapatinya di sana.
"aduh, siapakah yang masuk ke dalam kubang hidung ku ini?" begitulah terdengar suara yang keras pada waktu ia masuk ke dalam lubang gua itu. Udang sendiri tak tahu bahwa liang itu lubang hidung seekor ikan paus yang kebetulan sedang beristirahat juga. Dengan menggesek-gesekkan sungutnya yang keras itu, ia menyentuh dinding lubang hidung yang besar itu sehingga ikan paus itu kesakitan. Karena merasa ada benda keras yang masuk ke dalam lubang hidungnya, bersinlah ikan paus itu. Si udang dengan kubunya terangkat lalu terlempar keluar. Setelah melayang-layang di udara, ia terhempas di pulau karang.
Para sakit yang amat menyekap dirinya. Punggungnya ternyata patah.
"aduh, punggungku sakit sekali. Tolong, tolong," keluh-kesahnya sambil matanya terpejam mulutnya komat-kamit.
Melihat itu semua, pada burung camar timbul rasa kasihan juga. Diurut-urutnya punggung udang yang malang itu.
selang beberapa hari si udang sudah sembuh dari sakitnya,tetapi punggungnya tidak dapat diluruskannya kembali.
Itulah sebabnya mengapa punggung udang sampai sekarang tetap bungkuk

0 komentar

"Thank's"

" Terima Kasih Anda Sudah Berkunjung "